Meraih Hikmah Keteladanan Nabi Zakariya

Oleh: H. Bangun Lubis
SATUJALAN NETWORK – Sebuah kisah yang sangat fenomenal mengenai keteladanan yang dapat diambil dari seorang Nabi Zakariya, menjadi sebuah renungan bagi ummat. Zakariya tidak hanya sabar berpuluh-puluh tahun lamanya, namun Nabi Allah ini juga begitu tekun memanjatkan do’a agar Allah mengaruniakan seorang anak dalam kehidupannya.
Hingga hampir usia 100 tahun bersama Isya istrinya, dan uban pun telah tumbuh di kepala mereka berdua, namun kelahiran seorang anak belum juga terwujud dalam keluarga Nabi Zakariya.
Zakariya begitu tekun berdoa dan amat sabar menanti kehadiran tangisan seorang anak tersebut. Ia tidak henti-henti menengadahkan tangan berdoa. Itu dilakukan semenjak usianya masih muda.
Dikisahkan, bahwa Nabi Zakariya, membangun doa kepada Allah semenjak dirinya menikah dengan istrinya Isya. Tidak ada perasan Lelah untuk memanjatkan doa. Baginya, tempat meminta hanyalah Allah, dan hanya Allah yang dapat mengabulkan doa untuknya kehadiran seorang anak tersebut.
Ia tidak henti-hentinya, usai Salat biasanya duduk di mighrab mesjid Baitul Muqaddis, seraya berdo’a kepada Allah. Doa memang adalah senjata bagi umat Islam, sebagai usai mengeluarkan diri dari himpitan persoalan. Begitupun Nabi Zakariya.
Allah bahkan menggambarkan dalam Alquran surat Maryam dalam firman-Nya:’Disanalah (Mighrab) Nabi Zakariya berdoa kepada Tuhannya, seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (QS. Ali Imran (3): 38)
Dapat dibayangkan, ujaran lisan do aitu, setiap saat meluncur dari mulut yang dibimbiung jiwa dan hatinya, untuk memohon kepada Allah sebagai Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas apa pun yang diminta Hamb-Nya.
Nabi Zakariya tak kuasa Manahan air mata dalam saat berd’o dan penuh harapan Katanya; “Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera.” (QS. Maryam (19): 5).
Firman Allah lagi, sebagimana ungkapan Zakariya; Anak dimaksud adalah, “Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang anak yang diridhai”.(QS. Maryam (19): 6)
Nabi Zakariya dan Istrinya terus memohon kepada Allah SWT dan tawakkal atas apa yang menjadi takdir nya. Kemudian, Istri nabi mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Yahya.
Dari kisah Nabi Zakaria yang singkat ini, kita bisa mengambil sikap keteladanannya sebagai contoh untuk dilakukan, yaitu : Selalu berdoa’ kepada Allah SWT dan meminta pengampunanNya atas dosa dosa yang telah kita perbuat. Kemdian, Sikap tawakkal dan selalu beriman atau mwenggantungkan hidup hanya kepada Allah yang merupakan sikap yang harus dilakukan karena Allah lebih tahu yang terbaik buat hambanya.
Nabi Zakariya, juga selalu menjaga hidup yang harmonis dengan istri (baik dalam keadaan suka dan duka) sehingga akan mencerminkan kehidupan keluarga yang harmonis sampai tua.
Dalam kisah yang termaktub dan Alquran ini, digambarkan bahwa Allah mengabulkan permohonannya pada usia yang sangat tua bahkan dikatakan hampir 100 tahun.
Kemduian Allah mengabulkan do aitu sebagaimana digambarkan dalam firman Allah’;“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.”(QS. Maryam (19): 7)
Kemudian,“Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua”. (QS. Maryam (19): 8). Zakariya, seperti tidak percaya.
Allah berfirman lagi: “Demikianlah”. Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali“.(QS. Maryam (19): 9).
Begitulah hendaknya kita sebagai hamba yang yakin atas ke Mahaan Allah dalam segala hal. Dialah Maha Pencipta, maka agaknya itulah yang hadir dalam kehidupan Zakariya, lahirnya seorang anak sebagaimana permohonannya dalam doa yang dilakuklan berpuluh-puluh tahun lamanya.(*)