Jangan Lelah Tanamkan Nilai Kejujuran kepada Peserta Didik

AsSAJIDIN.COM — Dr.Nurkhalis, S.Ag.M.Pd mengabdi sebagai guru sejak 1992 sejak masih kuliah. Setelah berhasil menamatkan pendidikan Strata 2 dan Strata 3, Nur khalis kemudian menjadi dosen dibeberapa Perguruan Tinggi.
Nurkhalis mengatakan, meniti karir dari guru hingga menjadi dosen dibeberapa Perguruan Tinggi merupakan anugrah Allah SWT. Karena ada rasa kepuasaan batin saat bisa berbagi ilmu kepada peserta didik. “Kepuasan itu sangat terasa saat kita bisa berbagi, sharing, berdiskusi dengan peserta didik. Sebagai guru dan dosen, saya tidak pernah bosan, untuk terus belajar dan belajar, sehingga saya memakai filosofi “mengajar sambil terus belajar,” ujarnya saat diwawancarai, Rabu (29/6/2022).
Lebih lanjut, Nurkhalis mengungkapkan, hal yang sangat berkesan baginya ketika bertemu kembali dengan anak didiknya. Apalagi, bisa melihat keberhasilan anak didiknya. “Setelah bertahun-tahun, ketika saya bertemu kembali ternyata ada anak didik saya yang juga sudah menamatkan Strata 3 atau gelar Doktor. Itu luar biasa, itu setelah bertahun-tahun kita melihat alumni, outputnya. Melihat anak didik kita sukses dari sisi apapun, artinya kita bisa menebar manfaat, dan itu menjadi amal jariyah,” katanya.
“Semua itu tentu ada prosesnya, dan ternyata proses itu sangat berarti dan menentukan.Dulu ada anak didik yang tampak malas belajar, sulit diatur, tapi setelah melihat keberhasilan mereka, saya merasakan proses itu membuahkan hasil. Karena mereka bisa menebar manfaat bagi yang lain,” ucap pria kelahiran Purwodadi Lampung, 8 Agustus 1971 ini.
Suami dari Nyayu Aminah S Sos.I ini menuturkan, di zaman now saat ini beban berat seorang guru adalah menanamkan nilai kejujuran dan tanggung jawab kepada peserta didik. Bagaimana peserta didik mengenal dirinya sendiri sebagai khalifah. Sehingga mereka sadar akan tugas mulia mereka sebagai khalifah. di Dukabumi
“Saya selalu berpesan kepada anak didik agar jangan pernah bosan belajar. Belajarlah sampai akhir hayat, karena konsep dalam Islam adalah belajar seumur hidup. Sebagaimana kita diajarkan untuk “iqra” yakni membaca. Yang dalam arti luas kita tidak hanya disuruh untuk membaca saja, tapi juga bisa membaca alam semesta,” bebernya.
Ayah dari Labib Muqoffa, Fatiha Rahmania dan Azka Rizqillah ini mengungkapkan, Saydina Ali menyatakan “Gantungkan cita-citamu setinggi langit walaupun menginjakkan kaki dibumi”. Jadi bermimpilah setinggi-tingginya. Kalau kita ihtiar akan ada jalannya. Kendati kita ingin mencapai cita-cita setinggi bintang dilangit, kita harus tetap mengukur kemampuan kita,” tandas Komisi Fatwa MUI Provinsi Sumatera Selatan ini. (Yanti)
Pengalaman Mengajar :
1.Guru di Pesantren Ar-Riyadh Palembang.
2.Guru di Pesantren Hadaiqurroyan Banyuasin.
3.Guru di Hayatan Thayyibah Islamic Boarding School Sukabumi.
4.Dosen Administrasi Pendidikan dan Bahasa Arab STIT Pagaralam.
5.Dosen Administrasi Pendidikan dan Bahasa Arab UIN Raden Fatah Palembang.
6.Dosen Manajemen Pendidikan S2 UPGRI Palembang.
7.Dosen Islamic Studies S2 IAI AN NUR Lampung.
Pendidikan Formal :
1. MIN Pur. Gisting Tanggamus Lampung
2. MTs Pur. Gisting Tanggamus Lampung.
3. SMA Pesantren Ar-Riyadh Palembang
Takhashshush Pesantren Ar-Riyadh Palembang.
4. S1 Pendidikan/Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.
5. S2 Manajemen Pendidikan /AP Universitas Pakuan Bogor.
6. S3 Manajemen Pendidikan Islam UIN Raden Intan Lampung